.

Jumat, 06 Mei 2011

''Renungan Syair Cinta''

~ Renungan Syair Cinta ~

**IJINKAN AKU MENCINTAI-MU**
Bismillah......
Perkenankan aku mencintaiMu semampuku Tuhanku,
Aku masih ingat, saat pertama dulu aku belajar mencintai-Mu.
Kajian demi kajian tarbiyah kupelajari,
Untai demi untai kata para ustadz kuresapi.

Tentang cinta ...
para nabi,
Tentang kasih para sahabat,
Tentang muhabbah orang shaleh,
Tentang kerinduan para syuhada.
Lalu kutanam di jiwa dalam-dalam,
Kutumbuhkan dalam mimpi idealisme yang mengawang di awan.

Tapi Ya Rabbi…
Berbilang hari demi hari dan kemudian tahun berlalu,
Tapi aku masih juga tak menemukan cinta tertinggi untuk-Mu,
Aku makin merasakan gelisahku memadai dalam cita yang mengawang,
Sedang kakiku mengambang.

Hingga aku terhempas dalam jurang dan kegelapan.
Allahu Rahiim, Illahi Rabbii, Perkenankanlah aku mencintai-Mu semampuku…. Perkenankanlah aku mencintai-Mu, sebisaku.
Dengan segala kelemahanku.
Ilaahi aku tak sanggup mencintai-Mu dengan kesabaran menanggung derita.
Umpama Nabi Ayyub, Musa, Isa hingga Al-Mustafa.

Karena itu ijinkan aku mencintai-Mu Melalui keluh kesah pengaduanku pada-Mu, Atas derita batin dan jasadku, atas sakit dan ketakutanku.
Rabbii, Aku tak sanggup mencintai-Mu seperti Abu Bakar, Yang menyedekahkan seluruh hartanya Dan hanya meninggalkan Engkau dan Rasul-Mu bagi diri dan keluarganya.
Atau layaknya Umar yang menyerahkan separuh hartanya demi jihad.

Atau Ustman yang menyerahkan 1000 ekor kuda untuk syiarkan Dien-Mu.
Ijinkan aku mencintai-Mu, Melalui 100-500 perak yang terulur Pada tangan-tangan kecil di perempatan jalan, Pada wanita-wanita tua Yang menadahkan tangan di pojok-pojok jembatan.

Pada makanan-makanan yang terkirim ke handai taulan.
Illahi, Aku tak sanggup mencintai-Mu Dengan khusyuknya shalat salah seorang sahabat nabi-Mu, Hingga tiada terasa anak panah musuh terhujam di kakinya.
Karena itu Ya Allah, Perkenankanlah aku tertatih menggapai cinta-Mu, Dalam shalat yang coba kudirikan dengan terbata-bata, Meski ingatan kadang melayang ke berbagai permasalahan dunia.

Ya Rabbii, Aku tak dapat beribadah ala orang-orang shaleh Atau bagai para al hafidz dan hafidzah Yang membaktikan seluruh malamnya Untuk bercinta dengan-Mu dalam satu putaran malam.
Perkenankanlah aku mencintai-Mu, Melalui satu – dua rakaat sholat lailku, Atau sekedar sunnah nafilahku, Selembar dua lembar tilawah harianku.
Lewat lantunan seayat dua ayat hafalanku.

Yaa Rahiim, Aku tak sanggup mencintai-Mu semisal para syuhada, Yang menjual dirinya dalam jihad bagi-Mu.
Maka perkenankanlah aku mencintai-Mu Dengan mempersembahkan sedikit bakti Dan pengorbanan untuk dakwah-Mu, Dengan sedikit pengajaran bagi tumbuhnya generasi baru.

Allahu Kariim, Aku tak sanggup mencintai-Mu di atas segalanya, Ijinkan aku mencintai-Mu dengan mencintai keluargaku, Membawa mereka pada nikmatnya hidayah dalam naungan Islam, Manisnya iman dan ketabahan.
Dengan mencintai sahabat-sahabatku, Mengajak mereka untuk lebih mengenal-Mu, Dengan mencintai manusia dan alam semesta.
Perkenankanlah aku mencintaiMu semampuku, Yaa Allah. Agar cinta itu mengalun dalam jiwa.

Agar cinta ini mengalir di sepanjang nadiku.
Yang sangat butuh pada ampunan-Nya
...Barakallahu fiikum....^_^

Senin, 10 Januari 2011

Kunci Surga"

~ Kunci  Surga ~

Tidak seperti biasanya, hari itu Ali bin Abi Thalib pulang lebih sore menjelang asar. Fatimah binti Rasulullah menyambut kedatangan suaminya yang sehari suntuk mencari rezeki dengan sukacita. Siapa tahu Ali membawa uang lebih banyak karena kebutuhan di rumah makin besar.

Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah. "Maaf sayangku, kali ini aku tidak membawa uang sepeserpun."Fatimah menyahut dengan senyum manisnya, "Memang yang mengatur rezeki tidak duduk di pasar, bukan? Yang memiliki kuasa itu adalah Allah Ta'ala." "Terima kasih," jawab Ali. Matanya memberat lantaran istrinya begitu tawakal. Padahal persediaan dapur sudah ludes sama sekali. Tapi Fatimah tidak menunjukan sikap kecewa atau sedih.

Ali lalu berangkat ke masjid untuk menjalankan salat berjama'ah. Sepulang dari sholat, di jalan ia dihentikan oleh seorang tua. "Maaf anak muda, betulkah engkau Ali anaknya Abu Thalib?"

Áli menjawab heran. "Ya betul. Ada apa, Tuan?''

Orang tua itu merogoh kantungnya seraya menjawab, "Dahulu ayahmu pernah kusuruh menyamak kulit. Aku belum sempat membayar ongkosnya, ayahmu sudah meninggal. Jadi, terimalah uang ini, sebab engkaulah ahli warisnya."

Dengan gembira Ali mengambil haknya dari orang itu sebanyak 30 dinar.

Tentu saja Fatimah sangat gembira memperoleh rezeki yang tidak di sangka-sangka ketika Ali menceritakan kejadian itu. Dan ia menyuruh membelanjakannya semua agar tidak pusing-pusing lagi merisaukan keperluan sehari-hari.

Ali pun bergegas berangkat ke pasar. Sebelum masuk ke dalam pasar, ia melihat seorang fakir menadahkan tangan, "Siapakah yang mau menghutangkan hartanya untuk Allah, bersedekahlah kepada saya, seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan." Tanpa pikir panjang lebar, Ali memberikan seluruh uangnya kepada orang itu.

Ketika Ali pulang, Fatimahpun keheranan melihat suaminya tidak membawa apa-apa, Ali menerangkan peristiwa yang baru saja dialaminya. Fatimah, masih dalam senyum, dan berkata, "Keputusan kanda adalah yang juga akan saya lakukan seandainya saya yang mengalaminya. Lebih baik kita menghutangkan harta kepada Allah daripada bersifat bakhil yang di murkai-Nya, dan menutup pintu surga buat kita."

Subhaanallah !

Sahabat, kapasitas kita mungkin belum mampu seperti Sahabat Ali bin Abi Thalib atau Sahabat Rosulullah lainnya yang memandang harta dan kekayaan hanya sebagai SARANA INVESTASI untuk mendapatkan KUNCI SORGA. Sedangkan kita masih selalu berfikir dan mungkin terus berusaha bagaimana memiliki investasi untuk mendapatkan KUNCI RUMAH, KUNCI MOBIL atau Kunci-Kunci yang lain.

Namun betapa pentingnya Kunci Rumah atau Kunci Mobil dalam kehidupan kita saat ini, janganlah kita lupa untuk berusaha mendapatkan KUNCI SORGA dengan selalu menyishkan Investasi dari yang tersisa yang ada ditangan kita, karena Allah Yang Maha Penyayang tidak pernah memandang sebelah mata atas kecilnya investasi kita jika kita dasari dengan totalitas KEIKHLASAN.